Penggembala Jujur di Zaman Ini

6:22:00 AM Unknown 0 Comments

Sebenarnya kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dan menurut saya tidak ada kata basi dalam memberi nasehat dan inspirasi kepada sesama manusia. Apa sih yang ada dibenakmu tentang penggembala kambing??? Miskin?? Kurang pendidikan?? Penampilan kumel?, mungkin ada benarnya juga, akan tetapi dibalik sifat dzohirnya tersebut mungkin tersimpan  akhlak dan akidah yang sempurna sebagaimana emas yang tersimpan di perut bumi.

Sebuah Video yang diunggah di Youtube yang membuat saya terkagum-kagum, seorang penggembala (tenaga kerja dari sudan) yang mungkin secara dzohir akan diremehkan manusia, akan tetapi pria ini memiliki sifat yang sangat di sukai oleh Penguasa Alam Semesta. Bagamana ia menunjukkan dunia tidak begitu berarti baginya, dan rasa takut pada Rab-Nya. Sungguh kasian kita yang selama ini diperbudak dunia dan miskin hati, kadang kita berbohong hanya untuk uang yang jumlahnya sangat-sangat sedikit. Yah..itulah kita yang miskin hati, dan si penggembalai ini menunjukkan bahwa ia memiliki hati yang kaya, yang penuh kebahagiaan.
Berikut terjemahan percakapan antara penggembala dan sekelompok pria yang sengaja menguji kejujurannya dengan berpura-pura ingin membeli domba yang bukan miliknya tersebut.

Penguji: Maukah kau menjualnya satu?
Penggembala: Tidak!
Penguji: Mengapa?
Penggembala: Ini bukan milikku untuk dijual.
Penguji: Baiklah, beri saja saya satu.
Penggembala: Saya memberimu sesuatu yang bukan milik saya, ya Syaikh?
Penguji: Tidak apa-apa, kau bilang saja kepada pemiliknya kalau dombanya hilang.
Penggembala: Saya memberi tahu dia kalau dombanya hilang? Itu HARAM! Apakah kubur memiliki pengampunan untuk “hilang” itu?
Penguji: Apa?
Penggembala: Apabila mereka meletakkanmu nanti di dalam kubur.
Penguji: Apa itu “shibr”?
Penggembala: Kubur! Apakah kubur mempunyai sesuatu yang disebut “Ia telah hilang?” Tidak ada yang disebut “Ia telah hilang”
Penguji: Maksudnya, ada pertanggungjawaban di sana?
Penggembala: Demi Allah, itu pertanggungjawaban yang sulit.
Penguji: Apa yang kau pikirkan ketika kau menggembala? Apakah kau merasa senang? Maksudnya, saat kau berjalan dengan domba-domba itu, apakah kau merasa senang dan bahagia?
Penggembala: Saya merasa senang, Alhamdulillah. Siapa saja yang mencari rezeki yang halal artinya dia bahagia.
Penguji: Baiklah, beri satu saja kepada kami, semoga Allah merahmati kedua orang tuamu.
Penggembala: Tidak, itu seperti langit yang menjejak bumi.
Penguji: Bagaimana bisa?
Penggembala: Langit dan bumi, apakah mereka saling merapat?
Penguji: Tidak.
Penggembala: Jadi, saya tidak akan memberikanmu domba saya.
Penguji: Ya Syaikh …
Penggembala: Demi Allah! Jika mau saya berikan domba saya, langit dan bumi harus merapat dulu.
Penguji: Kami akan memberimu 200 riyal.
Penggembala: Tidak mungkin, tidak mungkin langit dan bumi menjadi rapat, bukan?
Penguji: Kami akan memberimu 200 riyal.
Penggembala: Demi Allah, walaupun Anda memberi saya 200.000 riyal. Saya bersumpah demi Allah, demi Tuhannya Ka’bah. Untuk 200.000 riyal pun saya tidak akan memberikan domba saya kepadamu.
Penguji: Mengapa? Tidak ada orang yang melihatmu di sini.
Penggembala: Apa?
Penguji: Saya bilang, tidak ada orang yang melihatmu di sini, dan kami tidak akan mengatakannya kepada siapapun.
Penggembala: Allah, apakah Dia melihatku?
Penguji: Tentu saja Dia melihat.
Penggembala: Itulah! Siapa yang akan mengadili saya, Anda atau Allah!?

Kisah di atas mengingatkan kita tentang kisah Abdulloh ibn Umar radhiallahu anhumayang ditulis oleh Imam adz-Dzahabi rahimahullah dalam kitab Tarikh al-Islam. Abdulloh bin Dinar berkata Saya pergi bersama Ibnu Umar radhiallahu anhuma ke Makkah. Di tengah perjalanan, kami berhenti sebentar untuk istirahat. Tiba-tiba ada seseorang anak gembala turun dari bukit menuju kearah kami, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Apakah kamu penggembala?” Jawab anak gembala “Ya…”. Lanjut Ibnu Umar radhiallahu anhuma, “Juallah kepadaku seekor kambing saja.”  Penggembala menjawab: “Saya bukan pemilik kambing-kambing ini, saya hanyalah seorang hamba sahaya”. Ibnu Umarradhiallahu anhuma membujuk, “Katakan saja pada tuanmu, bahwa ia dimakan serigala” Lalu jawab sang penggembala “Lalu dimanakah Alloh Ta’ala?.” (Ibnu Umarradhiallahu anhuma bangga dengan jawaban penggembala) dan bergumam, “Ya, benar dimanakah Alloh?” Kemudian beliau menangis dan dibelinya hamba sahaya tadi lalu dimerdekakan.


You Might Also Like

0 comments: